Jurnalisme Dakwah
Jurnalisme dakwah adalah suatu kegiatan menyampaikan pesan
berupa dakwah kepada khalayak melalui saluran media khususnya media massa.
Dalam pengertian ini, maka jurnalisme dakwah sangat erat
kaitannya dengan komunikasi massa dan media massa. Dimana komunikasi massa
menurutBittneradalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Sedangkan Media
massa menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah “sarana penyampai pesan yang
berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya radio, televisi, surat
kabar dan lain sebagainya. Adapun karakteristik atau ciri-ciri komunikasi massa
yaitu:
-
Komunikator terlembaga
-
Komunikasinya anonym (tidak saling mengenal) dan
heterogen (bermacam-macam kalangan)
-
Simulasi alat indera terbatas
-
Umpan balik (feedback) tertunda atau tidak
langsung
Fungsi Komunikasi Massa menurut
Dominick, yaitu:
1.
Suvellance (pengawasan)
2.
Interpretation (penafsiran)
3.
Link age (Pertalian)
4.
Transmission Of Values (penyebaran nilai-nilai)
atau bias disebut juga fungsi sosialisasi
5.
Entertainment (hiburan)
Sedangkan fungsi komunikasi massa
menurut Onong U Efendi
1.
Informasi
2.
Pendidikan
3.
Mempengaruhi
Dalam kegiatan jurnalisme dakwah
yang menghubungkan komunikasi didalamnya, ini juga berhubungan dengan firman
Allah SWT dalam Q.S An Nahl ayat 125:
Hubungan antara Q.S An Nahl 125
dengan Jurnalisme dakwah adalah “komunikasi Massa”, dimana dalam ayat tersebut
terdapat kaitan yang sangat erat dengan komunikasi persuasi atau komunikasi
yang bersifat mengajak:
Komunikasi persuasi
Komunikasi
persuasi disini tersirat dalam prinsip berdakwah yaitu bil hikmah wa mauidah, yaitu dengan kata-kata dan nasehat yang
baik. Dimana dalam menyampaikan pesan yang berupa dakwah itu , hendaknya dalam
berdakwah itu menggunakan prinsip yang terdapat dalam Q.S. An Nahl 125.
Adapun fungsi
komunikasi persuasi yaitu:
·
Membentuk sikap dan perilaku
·
Menegaskan sikap
·
Mengubah sikap
Kerja persuasi
dimudahkan oleh suatu pengetahuan komunikastor tentang audience atau dalam
proses berdakwah audience disebut Mad’u.
jadi, ketika melakukan kegiatan persuasi atau mengajak, hendaknya seorang
komunikator mengetahui latar belakang audience atau mad’unya, agar pesan yang disampaikan mudah di pahami dan diterima
oleh komunikan.
Dalam kegiatan jurnalisme dakwah
ini, saya melakukan wawancara terhadap seorang Ustadz mengenai metode dakwah
yang beliau terapkan, dimana ini merupakan salah satu kegiatan jurnalis yaitu
mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan. Saya telah melakukan hal
demikian dan berikut laporan hasil wawancara saya terhadap beliau:
A. Sekilas
Biografi Muballigh
Nama Lengkap : Drs.H.Dudi Supiandi M.Ag
Tempat, Tanggal, Lahir : Sukabumi, 24 Juli 1963
Alamat :
Villa Kebun Raya Residence Bogor
Email :
dudi2407@gmail.com
Moto Hidup : “berbuatlah
yang terbaik karena Allah sudah memfasilitasi yang terbaik”
Drs.H.Dudi Supiandi M.Ag merupakan pria
kelahiran Sukabumi 24 Juli 1963, beliau merupakan salah seorang Dosen Perguruan
Tinggi Ilmu Tarbiyah STIT Insan Kamil Bogor. selain itu beliau juga merupakan
salah seorang yang sudah cukup lama terjun dalam dunia Dakwah atau dalam kata
lain beliau juga merupakan seorang Muballigh. Pria bernama lengkap Drs.H.Dudi
Supiandi M.Ag sudah sangat akrab dengan panggilan atau sapaan Ustadz Dudi oleh
para Jama’ahnya. Panggilan tersebut rupanya sudah sangat
bersahabat bagi para jama’ahnya.
B. Hasil
Wawancara
Dalam wawancara yang saya lakukan
dengan beliau mengenai metode dakwah yang ia terapkan ketika sedang berdakwah
dalam sebuah Majelis Ta’lim, beliau mengatakan bahwa tentunya seorang muballigh
dalam berdakwah akan merujuk kepada bagaimana Rasulullah SAW berdakwah, baik
kurun waktu di makkah maupun di madinah kurang lebih selama 23 tahun.
Prinsipnya ialah bagaimana beliau (Rasulullah SAW) menjadi contoh yang baik
bagi umatnya atau yang disebut Uswatun Hasanah sebagaimana terdapat dalam
firman Allah SWT Q.S. Al ahzab :21
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”[QS. Al-Ahzaab: 21]
Dalam beberapa penjelasan yang beliau
jelaskan mengenai metode dakwah, Ustadz Dudi Supiandi menguraikan beberapa
point yang menurutnya sangat penting bagi kelangsungan Muballigh dalam
berdakwah, diantaranya:
1.
Uswatun
Hasanah (Contoh Yang Baik)
Seperti apa yang sudah beliau katakan
di awal, Dalam menyebarkan syiar islam
atau yang sering di dengar dengan dakwah, ustadz dudi lebih memicu pada cara
berdakwah Rasulullah SAW. Terutama nya itu adalah dakwah bil hal atau dakwah
dengan perbuatan, yang tanpa harus banyak bicara dan teori ternyata cukup
menjadi panutan bagi umat atau mad’u sekalipun dan itulah yang merupakan
keberhasilan dakwah Rasulullah SAW.Menururtnya, Tidak di ragukan lagi bahwa dengan
perjalanan panjang dakwah Rasulullah SAW sehingga islam bisa sampai ke pelosok
negeri di dunia.
2.
Merujuk Pada Firman Allah SWT
“Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl;125)
Menurut ustadz dudi supiandi, tentu saja ketika melihat pesan
Allah dalam Al quran, dua kriteria penting dalam berdakwah yaitu:
- mengajak orang ke dalam kebaikan dengan kata-kata yang baik yaitu tentunya
dengan Retorika berdakwah yang menarik sehingga akan memberi pengaruh yang
besar terhadap mad’u.
- bil hikmah, menurutnya bil hikmah
disini yaitu bagaimana mengambil hikmah dalam perjalanan berdakwah, hikmah
dalam arti adalah bagaimana berorientasi dalam kebaikan. Dalam teknologi modern
masa kini ustadz Dudi menggunakan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
sebagai media dakwah seperti lewat internet dan itu sangat berperan dalam
berdakwah. Yang tidak kalah pentingnya lagi yaitu Bagaimana konten atau
kurikulum dakwah itu sendiri, mengingat perlu rasanya bahwa sampai saat inipun
masih terdapat beberapa muballigh yang mengambil penggalan hadist atau dalil
lainnya hanya separuh saja tidak secara keseluruhan sehingga akan menjadi
permasalah bagi umat islam misalnya ada suatu dalil yang mengatakan “Kullu
Bid’atin dhalalah” yaitu setiap bid’ah itu sesat. Jadi sebagian muballigh ada
yang meyakini tentang dalil tersebut dan beranggapan bahwa setiap yang berbau
bid’ah itu sesat padahal jika dilihat
konteks hadistnya dan kemudian bagaimana secara keseluruhannya, tidak fair
rasanya jika suatu hadist yang hanya diambil penggalannya lalu di realisasikan
kepada masyarakat. Jika dianalogikan “seperti mobil angkutan umum atau yang
lebih sering dikenal dengat angkot diberi lambang Mercedes benz (mercy) pada
hakikatnya tetap saja itu mobil angkot tidak bisa menjadi mobil mercy, begitu
pula dengan dakwah walaupun disebut bid’ah tetap saja pada hakikatnya itu
adalah dakwah tidak bisa disebut sesat selama itu masih merujuk pada al quran
dan hadist.” Seandainya kemajuan teknologi dan informasi ini menjadi media dan
sarana terbaik untuk kemajuan berdakwah kenapa tidak?” tuturnya.
3. Berdakwah Dengan Tulisan
Menurut ustadz dudi, berdakwah yang
paling asyik adalah bagaimana berdakwah dengan tulisan karena jangka waktunya
juga panjang dalam arti kata tidak akan habis termakan waktu .Salah satu contoh
nya adalah Imamul Ghazali yang merupakan salah seorang ulama besar, walaupun
beliau sudah wafat ratusan tahun lalu tetapi buah karya beliau masih tetap ada
dan dibaca oleh kebanyakan orang, “itu merupakan berdakwah sepanjang zaman” tuturnya.
C. Analisis
Majelis Ta’lim Mi’rojul Ihya Bogor yang
merupakan salah satu majelis ta’lim yang sering di hadiri oleh Ustadz Dudi
Supiandi, beliau mengisi pengajian ibu-ibu satu kali dalam seminggu tepatnya
hari rabu sore.Pengajian ini rutin dilakukan oleh ibu-ibu pengurus majelis
ta’lim mi’rojul ihya beserta para jama’ahnya.
Berdasarkan hasil wawancara saya dengan
ibu-ibu jama’ah majelis ta’lim mi’rojul ihya mengenai metode dakwah yang
digunakan ustadz dudi pada saat mengajar, jadi metode dakwah yang digunakan
ustadz dudi adalah metode ceramah, dimana didalam metode ceramah itu beliau
menggunakan retorika yang baik sehingga dapat memberi pengaruh atau
mempengaruhi mad’unya untuk berantusias terhadap apa yang ia sampaikan di dalam
majelis ta’lim tersebut. Selain itu, dalam setiap pertemuannya Ustadz Dudi
selalu menyampaikan pembahasan yang berbeda-beda tidak hanya itu-itu saja yang
dibahas sehingga mad’u sangat berantusias dan selalu memperhatikan dengan baik
apa saja yang beliau sampaikan ketika pengajian sedang berlangsung. Berarti
dapat disimpulkan bahawa dalam metode dakwah ini disebut dakwah yang
terencana.Dimana dalam metode pengembangan kualitas dakwah disebutkan bahwa hal
yang utamanya adalah perencanaan dakwah.Berarti metode yang digunakan ustadz
dudi sudah mencapai tahap awal untuk mengembangkan kualitas dakwah.
Di era yang serba praktis dan serba
modern ini, tentunya kemajuan teknologi mempengaruhi metode dakwah yang
digunakan ustadz dudi, akan tetapi beliau lebih memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi ini untuk berdakwah. Karena beliau bukan hanya seorang muballigh akan
tetapi seorang guru juga, jadi beliau menggunakan kemajuan teknologi komunikasi
dan informasi ketika mengajar, misalnya saja beliau menggunakan media Infocus ketika
sedang mengajar, dan beliau juga menggunakan media internet sebagai sarana
berdakwahnya seperti mengupload tulisan-tulisannya yang berisi nilai-nilai
keislaman dan nilai-nilai dakwah sehingga kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi dapat di aplikasikan dengan baik. Walaupun sebenarnya terdapat
pengaruh yang negative juga akan tetapi jika dilihat dari segi positifnya
kemajuan teknologi ini dapat memberikan banyak keuntungan juga bagi mereka yang
benar-benar memanfaatkannya.
Saya masih ingat jelas apa yang dosen
Metodologi dakwah saya katakan yaitu “sumber
hukum dan landasan metodologi dakwah tidak dapat dirubah karena sumber hukum
dan landasan dakwah adalah al quran dan hadist yaitu bersifat mutlaq, akan
tetapi metode dan media dakwah akan berubah seiring perkembangan zaman dan
kebutuhan manusia”
Jadi kesimpulannya benar seperti apa
yang Ustadz Dudi katakan bahwa
“Seandainya kemajuan teknologi dan informasi ini menjadi media dan sarana
terbaik untuk kemajuan berdakwah kenapa
tidak?”
|
Dakwah secara
bahasa merupakan asal kata dari Da’a –
Yad’u – Da’watan yang berarti mengajak.Sedangkan dakwah secara istilah
adalah mengajak atau menyeru kedalam hal kebaikan.Secara teologis dakwah
merupakan amal suci atau mulia manusia terhadap tuhan, secara sosiologi dakwah
merupakan segala hal untuk menjadikan umat menjadi umat yang saleh dan secara
filsafat dakwah itu sebenarnya mengembalikan manusia kepada fitrahnya (suci).
Dakwah
merupakan sesuatu hal yang harus dilakukan oleh umat muslim, karena dakwah
adalah bagian dari tugas suci manusia terhadap Tuhan.
Adapun dalil
tentang kewajiban berdakwah, seperti salah satu hadist yang artinya:
“Barang
siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang
yang melaksanakannya” (HR Muslim)
adapun firman Allah SWT yang menjelaskan
tentang dakwah yaitu:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(QS: Ali Imran Ayat: 104)
Dakwah
Di Era Digital
Dakwah merupakan suatu kegiatan
mengajak, menyeru ke dalam kebaikan atau kearah kebaikan.Seiring perkembangan
zaman, dakwah mengalami kemajuan yang pesat terlebih di era yang serba modern
dan canggih ini, juga di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang
tidak kalah canggih.Istilah ini lebih akrab dinamakan dengan era digital.dimana
segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi informasi dan komunikasi mengalami
kemajuan dan perkembangan khususnya bagi kegiatan dakwah itu sendiri. Namun
dakwah di era digital ini menimbulkan banyak kontroversi antara muballigh,
misalnya ada salah seorang muballigh yang beranggapan bahwa dakwah di era
digital yang menggunakan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini
seperti internet adalah merupakan bid’ah karena melakukan sesuatu yang belum
pernah ada di masa atau pada zaman Rasulullah dan menjadikan suatu hadist yaitu
“Kullu bid’atin dhalalah” (setiap yang bid’ah itu sesat) sebagai landasan
mengapa ia mempunyai anggapan seperti itu. Memang benar adanya, akan tetapi
jika dilihat dari segi manfaatnya, era digital ini sangat memberikan manfaat
yang besar bagi kegiatan berdakwah, secara gitu siapa saat ini orang yang gak
kenal dengan internet? Bahkan orangtua saya pun sangat antusias sekali ingin
mahir dalam kegiatan browsing, downloading dan lain sebagainya.
Sebenarnya dakwah di era digital ini
memang mempunyai efek atau pengaruh yang buruk juga yaitu, bisa saja didalam
sebuah blog yang mengatas namakan islam atau sejenisnya yang menyerupai islam
dan dalam blog itu memberikan informasi mengenai nilai-nilai dan ajaran islam
akan tetapi dengan metode dan landasan yang salah sehingga menimbulkan kesan
bagi para pengunjung blog “oh ternyata islam seperti ini ya, menyeramkan dan
lain sebagainya” maka feedback negative pun akan didapatkan ketika dalam
penyampaian pesan dakwah tidak dilakukan dengan metode yang baik, karena
sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Al Quran surat An
nahl ayat 125 bahwa berdakwah itu menggunakan beberapa prinsip yaitu bil hikmah
wa mauidah hasanah yaitu dengan kata-kata serta nasehat yang baik. Jadi
walaupun media atau sarananya ini bersifat modern tetap saja pada hakikatnya
bahwa landasan dan metodenya kembali lagi kepada Al quran dan hadist yang
bersifat mutlaq. Seperti yang dosen metodologi dakwah saya katakan bahwa “sumber hukum dan landasan metodologi dakwah
tidak dapat dirubah karena sumber hukum dan landasan dakwah adalah al quran dan
hadist yaitu bersifat mutlaq, akan tetapi metode dan media dakwah akan berubah
seiring perkembangan zaman dan kebutuhan manusia”
Terlepas
dari semua itu jika kita menggunakan media internet yang ada di era digital ini
dengan sebaik-baiknya khususnya dalam kegiatan berdakwah, dan tetap
berlandaskan pada al quran dan hadist, insyaAllah jalan yang ditempuh akan
mudah dan feedback yang di dapatkan pun akan positif, dapat dilihat juga contoh
berdakwah via internet yang saat ini sangat ramai di khalayak, siapa yang saat
ini tidak mengenal sosok Ustadz Felix Siauw terlebih dalam akun twitternya,
sudah sangat banyak sekali mempunyai banyak followers . selain itu, siapa juga
yang tidak mengenal sosok ustadz Yusuf Masyur? Dalam akun twitternya pun beliau
aktif dan sering mempost kata-kata atau nasehat yang sangat baik.Itulah salah
satu contoh kecil positif dari sekian banyaknya contoh yang dapat kita ambil
dari kemajuan teknologi ini bagi kelangsungan dan nkesuksesan dakwah.
Sekedar
mengutip moto hidup dari seorang muballigh yang saya kenal
yaitu Drs.H.Dudi Supiandi M.Ag “berbuatlah yang terbaik karena Allah sudah
memfasilitasi yang terbaik”
dapat disimpulkan
bahwa diera digital inilah fasilitas yang terbaik yang dianugerahkan Allah SWT
untuk kelangsungan dakwah dan kemajuan umat islam maka dari itu kita wajib
berbuat yang terbaik sehingga kita menjadi umat yang terbaik. Amin amin yaa
rabbal alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar